Kota Sorong, Papua Barat Daya – Sebuah momentum bersejarah terjadi di Kilometer 12, Distrik Sorong Timur, Kota Sorong, Jumat (19/7/2025), dengan diresmikannya Rumah Singgah Ikaswara oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya. Rumah singgah ini diharapkan menjadi sarana sosial dan budaya yang mempererat tali persaudaraan di tengah keberagaman masyarakat.
Peresmian ini dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat dan perwakilan pemerintah, termasuk Kepala Kesbangpol Pemprov Papua Barat Daya, Selviyana Sangkek, yang mewakili Gubernur Papua Barat Daya, Elisa Kambu, SE. Dalam sambutannya, Selviyana menyampaikan harapan besar atas berdirinya rumah singgah ini.
“Rumah Singgah Ikaswara bukan hanya bangunan fisik, tapi menjadi jembatan persatuan, tempat untuk bersilaturahmi, belajar budaya, dan membangun kehangatan dalam kebersamaan,” ujar Selviyana.
Ia menambahkan bahwa rumah singgah ini diharapkan menjadi simbol keberagaman yang menyatukan seluruh elemen masyarakat, tanpa membedakan latar belakang suku, agama, ataupun status sosial.
Ketua Ikaswara Papua Barat Daya, Topono, menjelaskan filosofi dan konsep dari rumah singgah tersebut. Ia menyebutkan bahwa rumah ini dibangun atas dasar kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama, terutama warga dari wilayah lain yang datang ke Sorong dengan berbagai keperluan, seperti pendidikan, urusan keluarga, atau pelayanan sosial.
“Siapa pun yang membutuhkan tempat singgah, kita terima dengan niat baik. Tapi karena ini konsepnya rumah singgah, kita batasi maksimal tiga hari, mengikuti sunnah bahwa tamu dihormati selama tiga hari,” ungkap Topono.
Meski sederhana, fasilitas yang disiapkan mencakup kamar singgah, makanan ringan seperti teh, kopi, dan makanan instan. “Kalau ada rezeki lebih, kita sediakan makanan. Tapi semangatnya bukan layanan mewah, melainkan tempat singgah sementara yang hangat dan bersahabat,” tambahnya.
Topono mengisahkan bahwa pembangunan rumah singgah ini bukanlah proses yang mudah. Dibangun dengan semangat gotong royong dan bantuan dari berbagai pihak, bangunan senilai Rp 4,8 miliar ini awalnya dimulai hanya dengan dana Rp 190 juta.
“Kita tidak punya uang banyak, tapi niat baik membawa jalan. Dari niat tulus, akhirnya bantuan datang dari Pemprov, dari tokoh-tokoh masyarakat, hingga donatur di Bali yang memberikan dukungan,” tutur Topono penuh haru.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang telah membantu, termasuk para tokoh senior Ikaswara yang dulu menjadi bagian dari perjuangan awal.
Dalam kesempatan itu, Topono menyampaikan bahwa ke depan rumah singgah ini tidak akan berdiri sendiri. Ia berharap kolaborasi antara Pemprov dan Pemkot Sorong bisa terus berjalan, termasuk kemungkinan membuka rumah singgah di tempat lain.
Ia juga menyinggung perlunya dukungan fasilitas tambahan seperti air bersih dan sanitasi, yang menjadi tantangan umum di wilayah tersebut.
“Kita percaya, kalau niat kita baik, Insya Allah jalan akan terbuka. Tidak semua harus dengan uang, kadang cukup dengan kepedulian dan kolaborasi,” tegasnya.
Dengan peresmian Rumah Singgah sebagai Warisan Sosial karena dibangun nya Rumah Singgah Ikaswara ini menjadi contoh nyata bagaimana komunitas dan pemerintah bisa bersatu untuk membangun fasilitas yang berdampak langsung bagi masyarakat. Bukan sekadar tempat menginap, rumah ini menjadi warisan sosial, simbol solidaritas, dan wajah keramahan masyarakat Papua Barat Daya.
Dengan berdirinya rumah singgah ini, Sorong kini memiliki satu lagi tempat yang mencerminkan nilai kemanusiaan, persatuan, dan keberagaman.
(LK)