**Probolinggo, Jumat (31/10/2025)** — Afiliasi Wartawan Probolinggo Raya (AWPR) resmi menetapkan kepengurusan baru melalui forum konsolidasi terbuka yang digelar di Warung Mbak Yanti, kawasan Taman Maramis, Kota Probolinggo. Agenda tersebut menjadi tonggak penting bagi organisasi yang menaungi para jurnalis di wilayah Probolinggo Raya itu.
Dalam forum demokratis dan terbuka tersebut, dilakukan **penyerahan jabatan dari Ketua lama, Hariadi, kepada Ketua baru Fahrul Mozza** yang kini sah secara legalitas, dengan didampingi **Sekretaris Alex Putra Wicaksana** dan **Bendahara M. Sodik**. Anggota AWPR:
1. Maat Supriyadi
2. Edi Darminto
3. Edi Siswanto
4. Mustofa
5. Slamet
6. Muji
7. Ragil
8. Yasin
Struktur baru ini disusun berdasarkan **Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) AWPR** serta telah disepakati oleh seluruh anggota dan penasehat / dewan etik organisasi.
Legalitas kepengurusan baru AWPR juga semakin kuat setelah disahkan oleh **Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham)**. Adapun jajaran penasehat/Dewan Etik AWPR yang turut hadir dan memberi dukungan antara lain **Didik Purwandi, Hariadi, dan Soni Buslan**, yang menyatakan komitmen penuh untuk mengawal arah baru organisasi tersebut.
Fokus pada Penegakan Etika dan Konsolidasi Internal
Ketua AWPR terpilih, **Fahrul Mozza**, menegaskan bahwa periode kepemimpinannya akan difokuskan pada **penguatan solidaritas, profesionalisme, dan penegakan etika jurnalistik** di kalangan wartawan.
“Kami ingin menjadikan AWPR sebagai rumah besar bagi semua wartawan di Probolinggo Raya. Tidak boleh ada sekat, tidak ada ego sektoral. Semua harus bersatu menjaga marwah profesi dan bekerja untuk kepentingan publik,” tegas Fahrul.
Dalam konsolidasi tersebut juga ditegaskan bahwa struktur organisasi hanya terdiri dari **Dewan Etik, Ketua, Sekretaris, dan Bendahara (KSB)**. Tidak ada posisi **Humas AWPR**, dan jika ada pihak yang mengklaim jabatan tersebut di berbagai instansi, maka hal itu dinyatakan tidak sah.
Komitmen AWPR Kawal Kasus Dugaan Penganiayaan Suarni
Menariknya, forum AWPR juga menyoroti isu publik yang sedang menjadi perhatian, yakni **kasus dugaan penganiayaan terhadap Suarni**, seorang janda asal Desa Sapikerep, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Kasus yang dilaporkan ke **Unit PPA Polres Probolinggo** sejak delapan bulan lalu itu hingga kini belum menunjukkan perkembangan signifikan. Korban mengaku dianiaya dan diintimidasi oleh seorang **Warga Negara Asing (WNA) bernama Mr. Cui**, yang diduga pemilik **Villa88** di kawasan tersebut.
“Kami tidak akan tinggal diam. Kasus ini harus dikawal sampai tuntas. Kami bersama Aliansi Aktivis Kabupaten Probolinggo akan memastikan hukum ditegakkan tanpa pandang bulu, meskipun pelaku diduga seorang WNA,” ujar Fahrul tegas.
Menurutnya, AWPR akan menjadi mitra kritis dalam mengawasi jalannya penegakan hukum di wilayah Probolinggo, terutama ketika kasus-kasus menyangkut warga kecil kerap terabaikan.
Pembina AWPR Dukung Sikap Tegas dan Profesionalisme Anggota
Salah satu pembina AWPR, **Didik Purwandi**, menilai semangat kepemimpinan baru menjadi sinyal kebangkitan dunia jurnalistik di Probolinggo. Ia menekankan bahwa wartawan tidak hanya berperan sebagai penulis berita, tetapi juga sebagai **penjaga nurani publik dan pengontrol kekuasaan**.
“Wartawan itu mata dan telinga rakyat. Ketika rakyat tidak bersuara, maka media harus berbicara. Karena itu saya mendukung penuh langkah AWPR yang berani turun tangan mengawal kasus kemanusiaan seperti yang dialami Bu Suarni,” ujarnya.
Didik juga mengingatkan seluruh anggota AWPR untuk tetap menjunjung tinggi kode etik jurnalistik, menjaga independensi, dan memperkuat kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk aparat penegak hukum dan pemerintah daerah.
Menuju AWPR yang Lebih Profesional, Independen, dan Humanis
Dengan dukungan penuh para pembina dan komitmen pengurus baru, AWPR kini menatap arah baru: **menjadi organisasi jurnalis yang kuat, berintegritas, dan berpihak pada kepentingan publik.**
Program jangka pendek yang disiapkan antara lain pembenahan internal, peningkatan kapasitas anggota melalui pelatihan jurnalistik, serta memperluas jaringan kemitraan strategis dengan instansi pemerintah, lembaga hukum, dan organisasi masyarakat sipil.
“Kami ingin menunjukkan bahwa wartawan Probolinggo bukan hanya peliput berita, tapi juga bagian dari perubahan sosial. AWPR akan hadir untuk memperjuangkan keadilan, profesionalisme, dan kesejahteraan sesama jurnalis,” tutup Fahrul Mozza dengan optimis.
(Edi D/Red/**)

